Medantop.id, Sumut - Awalnya kita merespon positif terkait pembukaan aktifitas ekonomi (lockdown) yang selama ini banyak diterapkan di sejumlah daerah di China. Pembukaan lockdown tersebut lantas menimbulkan sikap optimis di banyak Negara di dunia tanpa terkecuali Indonesia khususnya Sumut.
![]() |
Foto: https://id.linkedin.com/in/gunawan-benjamin-683336b5 |
Namun pada hari minggu kemarin, dalam kongres rakyat
nasional (NPC) china mematok pertumbuhan ekonominya di tahun 2023 sebesar 5%.
“Saya masih berharap demand untuk komoditas unggulan Sumut masih bisa mengandalkan sejumlah Negara seperti Pakistan, India, AS dan sejumlah Negara asia lainnya. Kalau berharap dari eropa kurang bisa diandalkan, karena uni eropa telah menyetujui rencana Undang-undang deforestasi. Yang pada akhirnya akan membuat permintaan minyak sawit dari Indonesia mengalami penurunan,” ungkapnya.
Sumut juga bisa melakukan sejumlah upaya lainnya untuk meredam tekanan pertumbuhan ekonomi. Seperti akselerasi belanja pemerintah yang dipercepat, penyaluran bantuan sosial tunai, dan mempercepat proyek pembangunan multi years Sumut yang menelan anggaran mencapai 2.7 triliun. Jadi itu beberapa amunisi di Sumut untuk menggenjot pertumbuhan.
Selanjutnya, konsumsi CPO untuk bahan bakar solar juga bisa dijadikan alternatif dalam mensiasati kemungkinan potensi penurunan ekspor CPO ke Negara lain. Karena kebijakan China tersebut bukan satu satunya ancaman, ada ancaman resesi di AS yang juga berpeluang turut mendorong penurunan harga dan permintaan komoditas di Sumut. Dan di Sumut sendiri komoditasnya itu bukan hanya sawit, masih ada karet, kopi maupun kakao yang menjadi penggerak ekonomi di wilayah ini.